KUPANG, Timex-Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT, Dion D.B Putra mengatakan, PWI saat ini sedang berusaha untuk mengembangkan profesionalisme berbasis kompetensi bagi anggota-anggotanya.
Ini merupakan upaya untuk mewujudkan wartawan yang memiliki kompetensi. "Wartawan yang tidak kompeten dengan sendirinya akan tergilas oleh jaman," ujar Dion D.B. Putra ketika menyampaikan sambutan dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2009 dan perayaan HUT PWI NTT ke-63, yang berlangsung di gedung PWI NTT, Jl. Veteran, kemarin (28/02).
Menurut Dion, dalam menjalankan profesinya, wartawan juga dituntut untuk taat asas dan kode etik jurnalistik. Inil juga mengapa peringatan HPN 2009 dan HUT PWI NTT ke-63 dirayakan dengan mengusung tema, "Kemerdekaan Pers Dari dan Untuk rakyat."
Dion mengatakan, wartawan merupakan bagian penting dalam perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh para pujangga lama di masa lalu. Disamping itu, kata Dion, dalam waktu tak lama lagi agenda penting yaitu pemilihan legislatif dan pilpres akan berlangsung dalam badai ekonomi dengan jumlah kontestan yang meningkat dua kali lipat dari peserta pemilu sebelumnya. "Pers tidak bisa tidak harus dapat memberikan kontribusi untuk pemilu," imbau Dion.
Itulah sebabnya kemerdekaan pers tidak dapat berhenti di satu titik. Banyak kasus yang dialami wartawan saat ini merupakan bentuk dari ketidakmerdekaan pers di Indonesia. "PWI merupakan organisasi yang membantu mencari jalan keluar agar wartawan juga bebas bekerja. Jika wartawan salah silahkan tempuh jalur hukum dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 sebagai dasar," tegas Dion sambil menambahkan, hingga saat ini anggota PWI terus bertambah dan merupakan generasi ketiga dari PWI sebanyak 101 orang.
"Mari kita sehati-sesuara membangun NTT baru lewat karya jurnalistik. Sebab jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mau berorganisasi," ujar Dion yang mengatakan bahwa PWI kini telah membentuk koperasi PWI dengan tujuan untuk membantu kesejahteraan wartawan.
Sementara Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dalam sambutannya menghimbau agar kebebasan pers terus menerus diupayakan dalam kehidupan bermasyarakat untuk melayani masyarakat dan digunakan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab. "Kebebasan pers hendaknya digunakan dengan bertanggungjawab. Menulis yang benar tanpa melebih-lebihkan atau menghujat orang lain," katanya mengingatkan.
Frans Lebu Raya juga menghimbau agar ada kerjasama yang baik antara pers dan pemerintah dalam hal saling mengingatkan untuk kuat dalam mengatasi berbagai masalah.
"Tak dapat dipungkiri bahwa masalah yang dihadapi NTT sangat banyak. Pendidikan yang rendah, dan angka kemiskinan yang tinggi. Untuk mengatasi semua hal ini, dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas," tegas Frans Lebu Raya.
Gubernur dalam kesempatan itu juga menyambut positif terobosan baru PWI NTT yang membentuk koperasi PWI. "Dalam koperasilah kita temukan solidaritas, kebersamaan dirasakan, dan gotong royong ditingkatkan," kata Frans Lebu Raya.
Dalam acara penuh kekeluargaan dan sederhana itu, juga diwarnai dengan pemberian penghargaan PWI Award kepada sejumlah tokoh yang telah berjasa dalam mengembangkan jurnalistik di NTT.
PWI Award itu dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori Penghargaan Mitra Media Masa dan kategori Citra Pewarta Flobamora. Untuk penghargaan Mitra Media Masa, dianugrahkan kepada Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT Melkianus Adoe, Mantan Gubernur NTT, Herman Musakabe, mantan Gubernur NTT, Piet A. Tallo, Walikota Kupang Daniel Adoe, dan Bupati Kupang Ibrahim A. Medah.
Sementara, untuk PWI Award kategori Citra Pewarta Flobamora dianugrahkan kepada Pater Alex Beding SVD selaku pendiri koran di Ende, Percetakan Arnoldus, wartawan senior Kompas Damyan Godho, mantan Ketua PWI NTT Marthinus Tse, Alm. Harry A. Silalahi, dan Adrianus Olin.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan dana kepada pengurus PWI NTT berupa uang senilai Rp 30 juta oleh Gubernur NTT. Dana ini sebagai modal awal untuk Koperasi PWI. Turut diserahkan pula kartu anggota PWI kepada anggota baru yang diwakili Thomas Duran (Pos Kupang), Chery Widodo (RRI), dan Emanuel Y Wain (TVRI). (mg-6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar