Efek Tuan Rumah HPN bagi Nusa Tenggara Timur

Oleh Tony Kleden
Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Provinsi NTT, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah Kabar NTT

UNTUK apa  menjadi tuan rumah suatu even? Atau apa untungnya menjadi tuan rumah suatu hajatan, apalagi hajatan skala besar?

Data-data memperlihatkan begitu banyak untung yang bisa diraih  suatu daerah atau negara ketika menjadi tuan rumah sebuah even. Pada Piala Dunia Sepakbola, misalnya,  banyak negara berlomba-lomba menjadi tuan rumah, meski disadari begitu banyak uang yang harus digelontorkan menyiapkan banyak fasilitas untuk menjadi tuan rumah.

Brasil mengeluarkan dana sekitar 200 triliun rupiah memperbaiki dan membangun fasilitas penunjang ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepakbola 2014. Afrika Selatan harus menghabiskan 28 miliar rand  (1 rand = 1.100 rupiah) ketika tampil sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010. Dana sangat banyak dibutuhkan untuk menyiapkan berbagai fasilitas  yang perlu untuk mendukung sebagai tuan rumah.

Investasi di NTT Tumbuh Pesat Setelah HPN 2011

Oleh Laurensius Molan
Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala LKBN ANTARA Biro Kupang

PESONA Hari Pers Nasional (HPN) 2011 di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9 Februari 2011 agaknya masih melekat dalam ingatan setiap insan pers, masyarakat dan pemerintahan daerah setempat. Mengapa? Aura HPN 2011 saat itu, tidak hanya sekadar menghadirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  untuk membuka acara tersebut, tetapi kepala negara malah mengikutsertakan pula hampir sebagian besar menterinya serta para pengusaha papan atas untuk melihat dari dekat sosok NTT lewat HPN tersebut.

Kepala negara tidak hanya sekadar berkantor di Kupang selama tiga hari untuk mengendalikan pemerintahan dari atas wadas tanah karang, tetapi melakukan pula napak tilas dengan melakukan perjalanan darat dari Kupang menuju Atambua sejauh sekitar 400 kilometer, untuk mengenang masa mudanya sebagai prajurit TNI-AD ketika menjadi Komandan Batalyon Infanteri (Yonif) 744/Satya Yudha Bhakti (SYB), pasukan organik milik Kodam IX/Udayana.

Wajah Kupang Berubah Secara Signifikan

Buku yang diluncurkan saat HPN 2015 di Batam
(Catatan mengenang HPN 2011)

Oleh Dion DB Putra
Ketua PWI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wartawan Harian Pos Kupang


SAYA menghabiskan waktu hampir enam jam saat pulang dari Manado ke Kupang hari itu,  Selasa 18 Desember 2012 atau dua hari sebelum Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merayakan Hari Ulang Tahunnya ke-54. Kabut tipis  dan renai gerimis menyelimuti Bandara Sam Ratulangi tatkala pesawat Lion Air  take off sekitar pukul 06.10 Wita menuju Surabaya dengan transit selama 25  menit di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Penerbangan Surabaya-Kupang berlangsung lebih nyaman lantaran cuaca siang itu lumayan cerah.  Bumi Kupang baru saja bermandikan hujan ketika Lion Air mendarat tak seberapa  mulus di run way Bandara El Tari sekitar pukul 14.50 Wita. Saya pulang untuk kesekian kalinya ke kota ini. Pulang untuk libur bersama keluarga setelah hari-hari menjalani penugasan di Harian Tribun Manado, salah satu Koran daerah  Grup Kompas Gramedia, kolega Harian Umum Pos Kupang.