Banda Aceh (ANTARA News) - Para peserta Kongres XXII Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari seluruh tanah air yang tiba di Banda Aceh, Minggu, langsung mengunjungi beberapa lokasi bekas musibah tsunami yang terjadi 26 Desember 2004.
Ratusan peserta Kongres dari 33 provinsi yang mulai berdatangan ke Banda Aceh baik melalui transportasi darat maupun udara, langsung dipandu panitia untuk menyaksikan bekas peninggalan sisa-sia tsunami yang meluluhlantakkan kota itu.
Para tamu tersebut mengunjungi peninggalan tsunami, seperti PLTD Apung yang berada di Kampung Pungi Jurong, kuburan massal di Ulee Lheue dan masjid Baiturrahim yang merupakan saksi bisu terjadinya bencana yang menewaskan ratusan ribu jiwa itu.
Mereka juga berkunjung ke daerah-daerah yang cukup parah terkena tsunami seperti di Desa Lampulo, Banda Aceh dan beberapa desa di Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar.
Sekretaris panitia lokal Kongres PWI, Burhanuddin menyatakan, kunjungan itu bertujuan agar masyarakat, khususnya yang ada di tanah air mengetahui bahwa proses rekontruksi yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) pasca tsunami sudah berjalan dengan baik.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Aceh, Irwandi Yusuf menyatakan siap membuka Kongres XXII PWI di gedung pertemuan Anjong Monmata, Banda Aceh, Senin (28/7).
Kesediaan itu disampaikan Irwandi Yusuf saat menerima Ketua PWI Pusat, Tarman Azzam bersama Ketua Panitia Pengarah Kongres, Asro Kamal Rokan, Ketua Panpelda, Dahlan TH serta sejumlah pengurus PWI pusat dan Cabang Aceh, Sabtu (26/7) di pendopo gubernur, Banda Aceh.
Selain kesediaannya membuka Kongres, Irwandi juga menyatakan siap memberi presentasi pada Dialog Percepatan Pembangunan Aceh, yang dilaksanakan Minggu (27/7) malam di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam.
Dialog Percepatan Pembangunan Aceh itu menghadirkan beberapa pembicara selain Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Kepala Bapel BRR NAD-Nias, Ketua Bappenas Paskah Suzzeta, Rektor Unsyiah Darni Daud dan tokoh pers nasional Surya Paloh.
Dalam pertemuan dengan Irwandi, Ketua Umum PWI Pusat, Tarman Azzam, juga menyampaikan salam dari Presiden SBY kepada gubernur dan masyarakat Aceh serta masyarakat pers karena presiden tidak bisa hadir membuka acara Kongres PWI tersebut.
Tarman mengatakan, kalaupun SBY memaksakan hadir ke Aceh untuk membuka Kongres, usai acara ia langsung kembali ke Jakarta karena waktunya sangat sempit. Padahal, Presiden SBY ingin menginap di Aceh, kata Tarman dengan menambahkan bahwa Presiden akan datang ke Aceh dalam waktu dekat.
Sementara itu, Wakil Ketua Panpelda Kongres XXII PWI, Ismail M. Syah mengharapkan masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar agar ikut menyukseskan pelaksanaan Kongres XXII PWI pada 28-29 Juli 2008 di Banda Aceh.
Ismail mengungkapkan peserta Kongres itu sebanyak 102 orang, dari 33 Cabang PWI seluruh Indonesia. "Itu belum termasuk peninjau dan penggembira lainnya mulai dari Papua sampai ke Aceh," ujarnya.
Sedikitnya 400 orang tamu akan hadir di ibukota Bumi Serambi Makkah itu.
Menurutnya, peserta dari berbagai provinsi sangat antusias ingin mengikuti kongres PWI yang baru pertama kali dilaksanakan di Aceh. Apalagi suasana damai sudah berlangsung di Aceh, setelah provinsi itu dilanda konflik sekitar 30 tahun.(*)
Ratusan peserta Kongres dari 33 provinsi yang mulai berdatangan ke Banda Aceh baik melalui transportasi darat maupun udara, langsung dipandu panitia untuk menyaksikan bekas peninggalan sisa-sia tsunami yang meluluhlantakkan kota itu.
Para tamu tersebut mengunjungi peninggalan tsunami, seperti PLTD Apung yang berada di Kampung Pungi Jurong, kuburan massal di Ulee Lheue dan masjid Baiturrahim yang merupakan saksi bisu terjadinya bencana yang menewaskan ratusan ribu jiwa itu.
Mereka juga berkunjung ke daerah-daerah yang cukup parah terkena tsunami seperti di Desa Lampulo, Banda Aceh dan beberapa desa di Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar.
Sekretaris panitia lokal Kongres PWI, Burhanuddin menyatakan, kunjungan itu bertujuan agar masyarakat, khususnya yang ada di tanah air mengetahui bahwa proses rekontruksi yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) pasca tsunami sudah berjalan dengan baik.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Aceh, Irwandi Yusuf menyatakan siap membuka Kongres XXII PWI di gedung pertemuan Anjong Monmata, Banda Aceh, Senin (28/7).
Kesediaan itu disampaikan Irwandi Yusuf saat menerima Ketua PWI Pusat, Tarman Azzam bersama Ketua Panitia Pengarah Kongres, Asro Kamal Rokan, Ketua Panpelda, Dahlan TH serta sejumlah pengurus PWI pusat dan Cabang Aceh, Sabtu (26/7) di pendopo gubernur, Banda Aceh.
Selain kesediaannya membuka Kongres, Irwandi juga menyatakan siap memberi presentasi pada Dialog Percepatan Pembangunan Aceh, yang dilaksanakan Minggu (27/7) malam di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam.
Dialog Percepatan Pembangunan Aceh itu menghadirkan beberapa pembicara selain Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Kepala Bapel BRR NAD-Nias, Ketua Bappenas Paskah Suzzeta, Rektor Unsyiah Darni Daud dan tokoh pers nasional Surya Paloh.
Dalam pertemuan dengan Irwandi, Ketua Umum PWI Pusat, Tarman Azzam, juga menyampaikan salam dari Presiden SBY kepada gubernur dan masyarakat Aceh serta masyarakat pers karena presiden tidak bisa hadir membuka acara Kongres PWI tersebut.
Tarman mengatakan, kalaupun SBY memaksakan hadir ke Aceh untuk membuka Kongres, usai acara ia langsung kembali ke Jakarta karena waktunya sangat sempit. Padahal, Presiden SBY ingin menginap di Aceh, kata Tarman dengan menambahkan bahwa Presiden akan datang ke Aceh dalam waktu dekat.
Sementara itu, Wakil Ketua Panpelda Kongres XXII PWI, Ismail M. Syah mengharapkan masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar agar ikut menyukseskan pelaksanaan Kongres XXII PWI pada 28-29 Juli 2008 di Banda Aceh.
Ismail mengungkapkan peserta Kongres itu sebanyak 102 orang, dari 33 Cabang PWI seluruh Indonesia. "Itu belum termasuk peninjau dan penggembira lainnya mulai dari Papua sampai ke Aceh," ujarnya.
Sedikitnya 400 orang tamu akan hadir di ibukota Bumi Serambi Makkah itu.
Menurutnya, peserta dari berbagai provinsi sangat antusias ingin mengikuti kongres PWI yang baru pertama kali dilaksanakan di Aceh. Apalagi suasana damai sudah berlangsung di Aceh, setelah provinsi itu dilanda konflik sekitar 30 tahun.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar