Wartawan Jadilah Pembawa Damai

WORKSHOP bertajuk Sosialisasi Pemilu dan Pendidikan Pemilih Berbais Jurnalistik Menuju Pemilu Damai dan Elegan, Sabtu (20/6/2009), menjadi pendidikan politik yang baik bagi pekerja pers alias wartawan. Workshop yang diikuti oleh sejumlah wartawan dari media massa, baik cetak maupun elektronik itu diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Kupang bekerja sama dengan Mapilu.

Hadir dalam workshop itu sejumlah narasumber, seperti Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat, Tarman Azzan, Ketua Mapilu-PWI Pusat, Hendra J Kade, Presidium Nasional Mapilu, Octo Lampito, Juru bicara KPU Propinsi NTT, Drs, Djidon de Haan dan Wakil Ketua Mapilu PWI, Zaini Bisri. Mereka membeberkan sejumlah materi dan regulasi terkait proses pemilu. Juga berbagai fakta yang terjadi dalam proses penyelenggaraan pemilu.

Workshop itu mampu mencerahkan, mengasah dan meningkatkan profesionalitas wartawan dalam penulisan berita politik, khususnya pemilu.

Dalam diskusi itu terungkap bahwa wartawan sebenarnya juga menjadi salah satu komponen atau bagian penting dalam menyukseskan atau menghancurkan penyelenggaraan pemilu. Mengapa? Karena melalui tulisannya tentang politik atau pemilu, wartawan bisa saja menjadi 'penyetir' situasi politik, bisa mengangkat oknum atau partai tertentu untuk menang pemilu atau bahkan malah bisa menjatuhkan oknum atau partai tertentu.

Dengan tulisannya, wartawan juga ikut membantu pemerintah dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mensosialisasikan pemilu sehingga mencerahkan masyarakat, khususnya calon pemilih dalam pemilu. Bahkan mungkin malah bisa menjadi pihak yang ikut membodohi masyarakat dalam memahami sejumlah regulasi tentang pemilu.

Karenanya, wartawan melalui perannya dalam pemberitaan, sangat dituntut profesonalistasnya, terlebih hati nuraninya, untuk dapat menyajikan pemberitaan atau menyampaikan pesan damai tentang pemilu bagi masyarakat pembaca yang sebagian besar merupakan calon pemilih dalam pemilu. Ini penting, karena akhir- akhir ini dari kenyataan kita lihat bahwa masih ada sejumlah lembaga, media massa dan oknum wartawan tertentu yang mengemas pemberitaan politik seenaknya dan dengan pesan sponsor tertentu.


Kemungkinan lembaga atau oknum waratwan itu memang tidak memahami dengan baik masalah politik atau pemilu sehingga mengemas berita yang keliru. Jika seperti itu, wartawan tidak lebih berperan membodohi masyarakat pembaca. Kita lihat masih ada wartawan yang menulis berita karena pesan sponsor tertentu. Kita saksikan masih ada wartawan yang tidak netral, memihak.

Jika hal ini terus berlangsung, maka secara langsung maupun tidak langsung wartawan atau lembaga media massa itu ikut melakukan pembodohan politik bagi masyarakat. Bukan tanpa risiko. Hal ini bisa berdampak negatif bagi pelaksanaan pemilu. Bahkan bukan tidak mungkin oknum wartawan dan media massa secara institusi akan dijauhi masyarakat pembaca dan akhirnya guling tikar. Lebih dari itu, prinsip profesionalisme dan independensi wartawan dan media massa bersangkutan akan tercoreng.

Kita harap agar ke depan tindakan-tindakan keliru itu harus dihilangkan. Menyongsong pemilu presiden 8 Juli 2009 mendatang, seluruh insan pekerja pers, wartawan dan media di Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa kembali menegakkan prinsip profesionalisme dan independensi dalam penulisan berita.

Salah satu caranya, wartawan harus mulai membekali diri dengan terus belajar, membaca, dan memahami regulasi yang terkait dengan proses atau pelaksanaan pemilu sehingga tidak salah tulis. Selain itu wartawan juga perlu mengedepankan hati nurani ketika bekerja, sehingga berita yang disajikan bisa menjadi karya jurnalistik yang profesional dan menjadi pencerahan politik bagi masyarakat.
Jadilah wartawan yang membawa kabar damai dalam pemberitaan dalam konteks pemilihan presiden saat ini. Tulislah pujian jika ada keberhasilan dan lakukan kritik jika ada kekeliruan dalam melaksanakan proses politik dalam pemilu. Jangan mudah terpancing tawaran menggiurkan dari partai atau calon tertentu untuk menuliskan kebohongan.

Dengan sikap demikian kita harapkan pelaksanaan pemilu presiden di NTT dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat pembaca. *

Pos Kupang edisi Senin, 22 Juni 2009 halaman 4

Tidak ada komentar: