Masyarakat NTT Diajak Gunakan Digital Banking

POS KUPANG.COM, KUPANG -Masyarakat di NTT diajak untuk menggunakan digital banking karena ada banyak kemudahan yang bisa diperoleh. Ada berbagai produk dari digital banking.

Demikian kesimpulan dari Focus Group Discussion (FGD) dengan tema,  Peranan Digital Banking dalam Memperkuat Potensi Pertumbuhan Daerah NTT yang diselenggarakan di  Swiss-Belinn Kristal Kupang, Senin (24/7/2017).

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara PWI NTT dan Bank Mandiri. Dalam kegiatan dengan moderator Aser P Rihi Tugu ini tampil narasumber, Kepala Kantor Otoriras Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTT, Winter Marbun; Kasubid Pariwisata, Industri dan Perdagangan Bappeda NTT, Endang S Lerik;  Analis Ekonomi Bank Indonesia NTT, Petrus Endria Efendi;  Head Area Bank Mandiri Kupang, Herinaldi; Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) NTT, Fahmi Abdullahi; Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo NTT, Theodorus Widodo dan Kepala Biro Ekonomi Setda NTT, Petrus A Kerong.

Hadir pula Ketua PWI Provinsi  NTT, Dion DB Putra dan pengurus organisasi ini.

Petrus Kerong mengatakan,  Pemerintah Provinsi NTT mendorong pelaksanaan digital banking. Salah satunya, yakni ASN menerima gaji melalui perbankan. Pemerintah berkomitmen bagaimana mendekatkan perbankan dengan ASN.

Sementara Endang Lerik mengungkapkan, salah satu jalan untuk meminimalisir kemiskinan adalah dengan menciptakan enterpreneur yang baru.

"Sebetulnya bukan kemiskinan secara ekonomi tapi mental kita yang tetap miskin," katanya. Petrus mengatakan, layanan digital banking ini sudah menjadi kebutuhan. "Kebutuhan masih pada tataran ekonomi kelas menengah tapi yang dihadapi adalah dan membuat bisa tumbuh bagus dan boominng di dalam masyarakat. Karena soal ekonomi ada di situ. Dengan edukasi yang lebih baik dan dengan diskusi maka bisa tumbuh," katanya.

Dalam kaitan dengan digital banking, Endang meminta agar perbankan juga bisa mempermudah entreprenuer, misalnya dengan meminimalisr biaya misalnya untuk transfer dan ada kemudahan lainnya.

Petrus dari Bank Indonesia menjelaskan digital banking adalah  sarana atau layanan perbankan yang disediakan oleh perbankan atau non perbankan yang tujuannya untuk memberikan pelayanan terkait sektor keuangan.

"Contohnya yang paling gampang adalah ATM, kartu kredit ada e-cash dari telkomsel dan lainnya. Digital banking adalah satu peluang. Bagi yang punya usaha, bagi yang tidak punya toko misalnya tidak ada kantor cabang, toko fisik. Di Lasada misalnya orang jualan di rumah. Kita kontak orangnya dan orang ada di rumah. Peluang besar dan bisa diterapkan," katanya.

Kepala OJK, Winter Marbun mengatakan berbagai upaya dari BI dan OJK untuk mendekatkan lembaga keuangan dengan masyarakat. Dari data OJK per Mei tahun 2017,  dari 3710 kantor cabang bank,  yang berada di Jawa sebanyak 1896 kantor cabang dan di Bali Nusra ada 209 kantor cabang atau sekitar 5 persen.

Winter mengatakan  tantangan yang paling besar adalah bagaimana masyarakat mengedukasi literasi pengetahuan mereka, itu merupakan kendala yang paling utama.

"Pangsa pasar digital banking  tidak ada masalah. Sekarang ini generasi milenial sangat paham. Bagaimana supaya mereka mengaplikasi pada produk keuangan perbankan sehingga menggunakan produk perbankan dengan benar. Ada banyak produk, mulai dari kredit  KPR, multiguna, usaha juga kredit, konsumer juga kredit, apa itu kredit, masyarakat harus tahu sehingga saat berhubungan dengan lembaga keuangan mereka," pesannya.

Pertumbuhan di NTT

Head Area Mandiri, Herinaldi mengatakan bahwa peranan Bank Mandiri di NTT,  adalah melihat pertumbuhan di NTT dan prospek yang besar. Karena itu di NTT ada area sendiri dengan harapan bank itu tumbuh dan berkembang bersama di NTT.
"Kalau dulu semuanya dari NTB sehingga butuh hal yang urgen harus melalui Mataram. Tapi, sekarang ini tidak lagi," katanya.
Ada berbagai produk digital banking dari bank Mandiri, ATM bisa digunakan di mesin dan bisa digunakan untuk e-commerce dan lainnya. Saat ini bank Mandiri memiliki 80 mesin ATM di seluruh NTT.

Ketua HIPMI NTT, Fahmi Abdullahi mengatakan  HIPMI adalah pengusaha  muda yang sering menggunakan teknologi. Ada tiga  pertimbangan utama dalam menggunakan digital banking, yakni  menekan biaya operasional, peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan  peningkatan keunggulan kompetitif dari pesaing.

Sedangkan Sekretaris Apindo, Theo Widodo mengatakan penting sekali mengubah mindset, membangun entrepreneur baru.  Theo Widodo memrotes adanya pembatasan dalam penarikan uang di ATM. Menurutnya, perbankan seharusnya tidak boleh membatasi penarikan uang karena itu milik nasabah.

Menanggapi hal tersebut, Herinaldi mengatakan bahwa pembatasan penarikan tunai di ATM itu lebih kepada faktor keselamatan. Selain itu juga ATM digunakan secara massal sehingga kalau tidak ada pembatasan maka lainnya tidak bisa menggunakan ATM karena daya tampung di ATM juga terbatas.

"Mesin ATM ada keterbatasan. Ini bukan sumur bor yang harus isi setiap saat. Bagaimana mendorong agar gerakan non tunai itu digerakkan. Harus ada pembatasan dalam transaksi lebih ke arah faktor keamanan. Mesti ada pembatasan dalam transaksi di ATM lebih ke faktor keamanan," ungkapnya.


Selain itu juga kalau ada kloning ATM misalnya, masih ada waktu bagi pemilik ATM untuk mencegah terjadinya kehilangan uang karena transaksinya terbatas.

"Kalau ingin ambil uang dalam jumlah yang banyak maka bisa langsung mendatangi kantor bank dan perbankan akan menawarkan untuk pengamanan," katanya. (ira)

Sumber: Pos Kupang 25 Juli 2017 hal 3

Tidak ada komentar: