PWI NTT Gelar Pelatihan Bagi Mahasiswa

Peserta pelatihan jurnalistik 2015
KUPANG, PK - "Selama ini, kami hanya belajar tentang ilmu jurnalistik dari para dosen. Kali ini, kami belajar langsung dari orang-orang yang selama ini menulis berita. Dari pelatihan ini, kami semakin banyak tahu bahwa ilmu jurnalistik itu sangat luas. Tidak sesempit belajar teori, tetapi dalam prakteknya, banyak aspek yang mesti diketahui."

Hal ini dikatakan beberapa peserta pelatihan jurnalistik yang digelar PWI NTT di Aula Balai Diklat Kopdit Timor, Kupang, Rabu (25/11/2015).

18 Wartawan NTT Lulus Uji Kompetensi

Ketua PWI Prov NTT, Dion DB Putra (kiri)
KUPANG, PK  - Sebanyak 18 wartawan yang mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Kupang 12-13 November 2015 dinyatakan lulus. Mereka yang lulus harus memberikan contoh dan perilaku harus profesional.

Mewaliki Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)  Pusat, Margiono, Ketua Bidang Daerah PWI Pusat, Atal S Depari saaat menutup UKW di aula Kantor Balai Monitor Radio Kelas II Kupang, Jumat (13/11/2015), mengatakan wartawan adalah sebuah profesi karena itu wartawan harus kompeten.

Ia memuji PWI NTT yang sudah menyiapkan para wartawan sehingga semua yang ikut dinyatakan lulus.

Wartawan Terbuka, UKW Membedakan

Ketua PWI NTT, Dion DB Putra (kiri) diwawancarai TVRI
KUPANG, PK - Siapapun bisa mengatakan bahwa dia adalah wartawan karena wartawan adalah profesi yang terbuka. Namun yang bisa membedakan para wartawan adalah sertifikasi. Uji Kompetensi Wartawan (UKW) adalah sebuah keharusan yang mesti diikuti semua wartawan.

Demikian Ketua Bidang Daerah PWI, Atal S Depari dalam sambutannya saat membuka Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Kantor Balai Monitor Kupang, Kamis (12/11/2015).
Menurut Atal, UKW yang diselenggarakan di Kupang ini merupakan yang ke-160.

Dion DB Putra: Beri Presiden Hak Veto

Ketua PWI Provinsi NTT Dion DB Putra (kiri)
ANGGOTA DPD RI, Paul Liyanto mengakui peran DPD sejauh ini belum maksimal karena setiap aspirasi dari masyarakat harus dibawa ke DPR RI untuk disetujui. Paul secara terbuka mengungkapkan, sejak DPD dibentuk, dari 57 rancangan undang-undang (RUU) yang diajukan ke DPR RI, hanya 1 RUU yang disetujui yakni RUU tentang kelautan.

"Jujur saya mengatakan, DPD hadir sepertinya hanya dilihat sebelah mata oleh DPR RI. Saat ini kami tengah ajukan 10 isu strategis tetapi fokus pada tiga isu utama yakni, penguatan sistem presidensial, penguatan lembaga perwakilan dan otonomi daerah. Saya kira tiga isu ini menjadi perjuangan kami di DPD saat ini," kata Paul Liyanto dalam dialog publik dengan tema "Suara DPD Suara Daerah" di  Sekretariat DPD RI Pewakilan NTT, Jl. Polisi Militer Kupang, Rabu (13/5/2015) siang.
.

Mboeik: DPD RI Itu Second Class

Narasumber bersama ketua PWI NTT dan anggota DPD Paul Liyanto
KUPANG, PK -  Pembentukan  Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pasca amandemen UUD 1945 tahap ketiga tahun 2001 guna menjawab persoalan hubungan pusat dan daerah. Secara substansial fungsi DPD sebagaimana tujuan pembentukannya adalah mengakomodasikan kepentingan masyarakat dan daerah dalam proses pengambilan kebijakan tingkat nasional.

Namun, kenyataannya sampai saat ini  peran DPD masih jauh dari harapan masyarakat.  "Pamor DPD RI kalah jauh dibandingkan DPR. DPD itu masih dianggap second class (kelas dua)," kata Pemimpin Redaksi Harian Umum Victory News, Chris Mboeik dalam dialog  publik dengan tema "Suara DPD Suara Daerah" di  Sekretariat DPD RI Pewakilan NTT, Jl. Polisi Militer Kupang, Rabu (13/5/2015) siang.

PWI NTT Gelar Diskusi Publik tentang Masalah Perbatasan

Ketua PWI Provinsi NTT, Dion DB Putra
KUPANG, PK- Nusa Tenggara Timur (NTT)  berada di lokasi yang strategis, berbatasan dengan dua negara yaitu Australia dan Timor Leste. Namun, kondisi yang tercipta di wilayah perbatasan (wiltas) sangat memprihatinkan. Salah satunya keterbatasan telekomunikasi ketika berada di wiltas.

Rektor Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW)   Kupang, Frankie Jan Salean, S.E, M.P, selaku Pembicara Pada Dialog Publik, yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT di kampus UKAW, Kamis (16/4/2015), mengungkapkan realita yang dialaminya ketika berada di wiltas.

Untuk urusan komunikasi menggunakan handphone, lanjut Frankie, banyak pulsa yang tersedot habis, karena Telkomsel mengalihkan panggilan ke panggilan internasional, atau roaming.  "Sinyal pun sangat lemah, dengan  roaming paling mahal di dunia. Satu kali sms Rp 5.000, telepon satu detik 7000 ribu," ujar Kasrem 161 Wira Sakti Kupang, Kolonel (Inf) TNI Adrianus Suryo Agung Nugroho.

Pembangunan Wilayah Perbatasan Memprihatinkan

Ketua PWI Provinsi NTT, Dion DB Putra
WALAUPUN NTT memiliki posisi strategis karena berbatasan dengan dua negara yakni Timor Leste dan Australia, tapi pembangunan wilayah perbatasan masih sangat memprihatinkan. Karena itu, dibutuhkan perhatian semua elemen terkait dalam pelaksanaan pembangunan perbatasan.

Demikian salah satu intisari dalam dialog publik terkait peran Pemda, Masyarakat, dan Media Massa dalam menjaga wilayah perbatasan NKRI hasil kerja sama PWI dan Universitas Artha Wacana (UKAW) Kupang, Kamis (16/4/20155).

Ketua PWI Dion DB Putra dalam sesi diskusi menilai, berdasarkan pantauan pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan RI dan RDTL memperihatinkan. Hal itu ditandai dengan infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak. Fakta itu berbanding terbalik dengan kondisi di negara tetangga yang infrastrukturnya lebih memadai. Apalagi, fokus pembangunan negara tetangga dimulai dari perbatasan.

Efek Tuan Rumah HPN bagi Nusa Tenggara Timur

Oleh Tony Kleden
Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Provinsi NTT, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah Kabar NTT

UNTUK apa  menjadi tuan rumah suatu even? Atau apa untungnya menjadi tuan rumah suatu hajatan, apalagi hajatan skala besar?

Data-data memperlihatkan begitu banyak untung yang bisa diraih  suatu daerah atau negara ketika menjadi tuan rumah sebuah even. Pada Piala Dunia Sepakbola, misalnya,  banyak negara berlomba-lomba menjadi tuan rumah, meski disadari begitu banyak uang yang harus digelontorkan menyiapkan banyak fasilitas untuk menjadi tuan rumah.

Brasil mengeluarkan dana sekitar 200 triliun rupiah memperbaiki dan membangun fasilitas penunjang ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepakbola 2014. Afrika Selatan harus menghabiskan 28 miliar rand  (1 rand = 1.100 rupiah) ketika tampil sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010. Dana sangat banyak dibutuhkan untuk menyiapkan berbagai fasilitas  yang perlu untuk mendukung sebagai tuan rumah.

Investasi di NTT Tumbuh Pesat Setelah HPN 2011

Oleh Laurensius Molan
Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala LKBN ANTARA Biro Kupang

PESONA Hari Pers Nasional (HPN) 2011 di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9 Februari 2011 agaknya masih melekat dalam ingatan setiap insan pers, masyarakat dan pemerintahan daerah setempat. Mengapa? Aura HPN 2011 saat itu, tidak hanya sekadar menghadirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  untuk membuka acara tersebut, tetapi kepala negara malah mengikutsertakan pula hampir sebagian besar menterinya serta para pengusaha papan atas untuk melihat dari dekat sosok NTT lewat HPN tersebut.

Kepala negara tidak hanya sekadar berkantor di Kupang selama tiga hari untuk mengendalikan pemerintahan dari atas wadas tanah karang, tetapi melakukan pula napak tilas dengan melakukan perjalanan darat dari Kupang menuju Atambua sejauh sekitar 400 kilometer, untuk mengenang masa mudanya sebagai prajurit TNI-AD ketika menjadi Komandan Batalyon Infanteri (Yonif) 744/Satya Yudha Bhakti (SYB), pasukan organik milik Kodam IX/Udayana.

Wajah Kupang Berubah Secara Signifikan

Buku yang diluncurkan saat HPN 2015 di Batam
(Catatan mengenang HPN 2011)

Oleh Dion DB Putra
Ketua PWI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wartawan Harian Pos Kupang


SAYA menghabiskan waktu hampir enam jam saat pulang dari Manado ke Kupang hari itu,  Selasa 18 Desember 2012 atau dua hari sebelum Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merayakan Hari Ulang Tahunnya ke-54. Kabut tipis  dan renai gerimis menyelimuti Bandara Sam Ratulangi tatkala pesawat Lion Air  take off sekitar pukul 06.10 Wita menuju Surabaya dengan transit selama 25  menit di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Penerbangan Surabaya-Kupang berlangsung lebih nyaman lantaran cuaca siang itu lumayan cerah.  Bumi Kupang baru saja bermandikan hujan ketika Lion Air mendarat tak seberapa  mulus di run way Bandara El Tari sekitar pukul 14.50 Wita. Saya pulang untuk kesekian kalinya ke kota ini. Pulang untuk libur bersama keluarga setelah hari-hari menjalani penugasan di Harian Tribun Manado, salah satu Koran daerah  Grup Kompas Gramedia, kolega Harian Umum Pos Kupang.