KUPANG, PK -- Masyarakat berbagai etnis mengarak Gong Perdamaian Nusantara keliling Kota Kupang, Minggu (6/2/2011). Sebelum dipancang pada tugunya di Taman Nostalgia, dilaksanakan ritual adat dan didoakan tokoh lintas agama.
Perarakan dimulai dari kantor Walikota Kupang, sekitar pukul 12.15 Wita, setelah Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe membuka kain selubung gong perdamaian.
Gong perdamaian diangkut sebuah mobil pick up, berada diantara iring-iringan kendaraan roda empat dan roda dua. Berbagai komunitas kendaraan, seperti Komunitas Vespa dan Jeep ikut ambil bagian.
Rombongan melintasi Jalan SK Lerik-Jalan El Tari 2-Bundaran Adi Sucipto-Jalan Timor Raya-Jalan Ahmad Yani-Jalan Tom Pello-Jalan Moh Hatta-Jalan Sudirman-Jalan Soeharto-Terminal Oepura-Jalan Amabi-Jalan WJ Lalamentik-Jalan El Tari.
Saat rombongan tiba di Jalan El Tari, tepatnya di depan kantor Gubernur NTT, gong perdamaian disambut peserta lainnya yang sudah menunggu. Mereka mengenakan pakaian adat masing- masing etnis. Selanjutnya, gong perdamaian diarak dengan berjalan kaki menuju Taman Nostalgia. Jarak dari depan kantor gubernur ke Taman Nostalgia, sekitar satu kilometer. Adapun urutan peserta, bagian depan marching band, diikuti peserta etnis Alor. Etnis lainnya, seperti Ngada, Bali, Sumba, Nagekeo, Manggarai, Maluku, Rote, Sabu dan etnis NTB, menunggu pada beberapa titik yang sudah ditentukan panitia. Pada setiap titik perhentian itu, gong perdamaian disambut dengan adat masing- masing etnis. Misalnya, saat tiba di etnis Manggarai, gong perdamaian disambut dengan tarian caci. Etnis Rote menyambut dengan membunyikan gong.
Saat tiba di Taman Nostalgia, gong perdamaian disambut tetua adat dari berbagai etnis yang sudah menunggu. Gong perdamaian diturunkan anggota polisi pamong praja, dilanjutkan dengan upacara adat suku Helong. Setelah itu, gong perdamaian dibawa ke tugunya untuk digantung.
Selanjutnya, penuturan adat oleh enam etnis yang diwakili Umbu Saga Anakaka (Sumba), Ans Takalapeta (Alor), Hengky Abineno (Helong), Edu Haning (Rote), Anton Patimangoe (Flores) dan A Radja Pono (Sabu). Seusai penuturan adat, dilanjutkan dengan doa oleh tokoh lintas agama.
Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Hurek, mengatakan, gong perdamaian nusantara yang sebelumnya telah diserahterimakan secara adat di Jepara, Jawa Tengah, akan diresmikan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (8/2/2011).
Menurut Hurek, gong perdamaian nusantara merupakan bagian dari Komite Gong Perdamaian Dunia. "Terpilihnya Kota Kupang sebagai kota tempat pemasangan gong perdamaian nusantara selain di Jogya, Bali dan Ambon karena dari aspek sosial budaya Kota Kupang merupakan kota multi etnik dan multikultur," kata Hurek.
Hurek mengatakan, kehadiran gong perdamaian nusantara di Kota Kupang memberi pesan kepada semua pihak tentang perdamaian. "Damai itu merupakan sebuah hasil perjuangan yang membutuhkan pengorbanan dan memakan waktu yang lama. Damai ini juga merupakan sebuah kekuatan untuk membangun kota. Karena itu pihak pemerintah setempat berterimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam upaya menciptakan dan menjaga perdamaian dalam proses pembangunan masyarakat yang merupakan gabungan dari berbagai etnis yang salam ini hidup rukun dan damai. Kita mulai menggali dan melestarikan satu nilai dasar yang menjadi titik tolak untuk kebersamaan. Marilah kita jaga perdamaian, kerukunan dan persaudaraan di daerah ini," ujar Hurek.
Gong perdamaian terbuat dari campuran kuningan (bronze) dan perunggu. Gong perdamaian terdiri dari beberapa bagian, diantaranya lingkaran luar, lingkaran tengah dan lingkaran isi.
Lingkaran luar menampilkan logo dari 444 kabupaten/kota di Indonesia. Lingkaran tengah berisi logo 33 propinsi di Indonesia.
Sementara lingkaran dalam terdapat tulisan Gong Perdamaian Nusantara, sepasang bunga pada bagian kiri-kanan dengan tulisan "Sarana Persaudaraan dan Pemersatu Bangsa Indonesia." Lingkaran isi berisi simbol lima agama yang diakui bangsa Indonesia dan lingkaran puncak terdapat peta NKRI. Logo daerah Kota Kupang ditempatkan di bagian atas tengah dan ukurannya lebih besar dari logo daerah lainnya. (ira)
Pos Kupang, 7 Februari 2011 halaman 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar