Pengusaha Muda NTT Siap Kelola Obyek Wisata

Anggota HIPMI NTT dalam diskusi 29-2-2016
KUPANG, PK -Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Nusa Tenggara Timur (NTT) siap bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT untuk mengelolah pariwisata di NTT. Untuk itu, HIPMI akan segera menemui Dinas Pariwisata NTT untuk membicarakan kerja sama apa yang mesti dilakukan.

Hal ini terungkap dalam Diskusi Terfokus dengan tema Peranan Perbankan dalam Mendukung NTT Sebagai Provinsi Pariwisata yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT di Swiss Belinn Kristal Hotel, Kupang, Senin (29/2/2016).

Diskusi Terbatas menghadirkan enam nara sumber yakni Area Business Head Bank Mandiri Area Mataram Nusa Tenggara, Ajang Mandariza, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Dr. Marius Jelamu, M.Si, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, SH, Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTT, Naek Tigor Sinaga, Ketua HIPMI NTT, Fahmi Abdullahi, SE, dan Ketua PWI NTT, Dion DB Putra. Tampil sebagai moderator adalah Aser Rihi Tugu.

Fahmi Abdullahi, menjelaskan HIPMI sebagai organisasi anak muda di bawah usia 40 tahun yang berbisnis, sampai saat ini sudah memiliki 5.00 anggota aktif. "Bicara mengenai pariwisata kami sangat setuju dengan yang disampaikan dari Bank Indonesia dan ketua DPRD NTT. Potensi pariwisata di NTT lebih dari Bali dan NTB. Bagaimana  pelaku bisnis melihat potensi ini? HIPMI melihat ada hal yang bisa kita kerjakan dalam pariwisata," ujarnya.

Pertama, kata Fahmi, bisnis bidang akomodasi. Kedua, jelas Fahmi, bisnis restoran, food kuliner dimana NTT memiliki makanan khas yang bisa dijual misalnya sei, jagung bose, gula air, kopi Flores dan lainnya. Peluang ketiga adalah pusat atraksi budaya, keempat, event organizer dan kelima tour and travel.

Dalam diskusi, Jimmy Lassa dari HIPMI NTT menilai, Pemprov NTT tidak serius menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata. "Contoh sederhana di Lasiana dan Tablolong. Dari 20 tahun lalu sampai sekarang sama saja. Tak ada perubahan artinya tidak ada konsep," ujar Lassa.

Marianus Jelamu mengungkapkan, di dalam RPJMD Provinsi NTT, pariwisata program unggulan dan macthing dengan kebijakan nasional yang menjadikan komodo sebagai satu dari 10 destinasi utama. "Ini berarti termasuk Flores dan NTT dan ada komitmen dari pemerintah pusat untuk memajukan pariwisata di NTT," katanya.

Menurutnya, pariwisata di NTT sangat berpotensi untuk dilkembangkan karena NTT memiliki banyak aset yang bisa dikembangkan. Namun salah satu hal yang harus dibangun di dalam masyarakat adalah menciptakan tourism minded dan ini menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat sehingga pariwisata dipandang orang pandang sebagai peluang dan kesempatan.

Dia mengakui, kalau kunjungan wisatawan asing di NTT masih sedikit sekitar 880 ribu tapi sudah ada geliat. Kendala lainnya adalah kelemahan dalam infrastruktur misalnya jalan, MCK yang belum memadai. Hal ini terjadi karena keterbatasan dari APBD NTT padahal untuk infrastruktur itu sangat mahal. (ira/nia)


                         

Kecil Tapi Berkembang

NAEK Tigor Sinaga menguraikan sumbangan sektor pariwisata di NTT terhadap PDRB NTT  masih rendah. Meskipun nilainya kecil tapi ada perkembangan. Menurutnya ada beberapa hal yang menjadi kesulitan pariwisata di NTT yaitu masalah konektivitas.

"Kita lihat di Traveloka pada saat low season, tiket Jakarata-Bali Rp 421 ribu dengan waktu tempuh yang tidak lama. Tetapi untuk Jakarta-Labuan Bajo, waktu tempuhnya 6 jam 21 menit. Menjadi lama dan tidak efisien karena ada beberapa kali transit. Jakarta-Ende waktu tempuh enam jam 58 menit. 'Transporasi jadi kendala. Banyak teman di Bank Indonesia yang mau datang, tapi perjalanannya lama dan biayanya menjadi mahal," katanya.

Area Business Head Bank Mandiri Area Mataram Nusa Tenggara, Ajang Mandariza mengungkapkan peranan bank Mandiri dalam sektor pariwisata di NTT adalah Bank Mandiri telah memberikan kredit. Sekitar Rp 400 miliar untuk hotel dan restoran dan Rp 223 miliar untuk sektor infrastruktur dan pariwisata di NTT

Menurutnya, jaringan Bank Mandiri di NTT sudah cukup karena ada di semua tempat. Dan, ujarnya, Bank Mandiri pernah memberikan dana CSR untuk renovasi situs Bung Karno di Ende, sekitar Rp 2,5 miliar dan juga untuk pengembangan kampung adat. (ira/nia)


Pemprov NTT Tidak Fokus

PESERTA diskusi, Pius Rengka mengatakan pemerintah belum fokus. "Pembicara dari Bank Mandiri mau katakan, kalau anda punya komitmen maka anda harus fokus maka semua kekuatan digerakan ke sana. Mengapa saya bilang belum fokus, pemerintah mau jadikan NTT ini provinsi jagung, provinsi ternak, provinsi koperasi. Semua hasilnya kosong. Pemerintah tidak punya keberanian untuk fokus. Pariwisata ini bisa menjadi maha dasyat dan mendunia," kritiknya.

Ketua PWI NTT, Dion DB Putra mengungkapkan sekitar 10-15 tahun terakhir ini, 60 persen konten media tentang pariwisata dan dukungan dari media untuk pengembangan pariwisata sangat jelas. "Pers mendukung penuh NTT menjadi provinsi pariwisata tapi Jangan sampai hanya tekad melainkan harus ada action," katanya

Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno meminta kadis pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi NTT untuk berbagi tugas dalam pengembangan pariwisata NTT. Anwar mengatakan, geliat pariwisata yang makin maju ini harus dijawab dengan aksi nyata dari dinas teknis.

"Saya lihat pengembangan daerah wisata masih sangat lemah. Lasiana misalnya, saya lihat pengerjaannya seperti jalan di tempat. Pariwisata harus menjadi perhatian kita semua. Media juga tolong beritakan terus tentang pariwisata di NTT," ujarnya. (ira/nia)

Sumber: Pos Kupang 1 Maret 2016 hal 5. Kegiatan yang sama juga diberitakan Harian Timor Express, Harian Victory News, RRI, TVRI NTT, Radio Tirololok Kupang, Kompas TV, Trans 7, Kompas, dll.


   

Tidak ada komentar: