Tifatul: Mana Bahasa Indahmu?

MENTERI Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring melontarkan pernyataan yang melecut kemampuan berbahasa para insan pers. Ia mempertanyakan penggunaan kalimat-kalimat pilihan pada setiap sajian.

"Mana kemampuanmu membuat bahasa-bahasa indah yang memenuhi unsur-unsur mencerdaskan? Mana khasanah pantun, gurindam, prosa dan lainnya? Mana khasanah sastra kita?"
Kalimat itu mengalir dari bibir Menkominfo Tifatul, saat menjadi salah satu pembicara pada seminar tentang Masa Depan Pers di Oriental Hall, Kota Kupang, Selasa (8/2/2011) siang. Pembicara lainnya, Ketua Dewan Pers, Bagir Manan.

Saat itu, Menkominfo Tifatul sempat menyebut sebait pantun yang sarat makna. "Siapa berkata kasar, banyak jadi gusar. Siapa berkata lembut, banyak jadi pengikut."

Mendengar itu, aplaus meriah membahana dalam ruangan. Dalam suasana yang sangat familiar itu, Tifatul juga mengkritisi penyajian berita yang cenderung diulang-ulang bahkan ada yang dibuat tanpa memperhatikan unsur keberimbangan.

Dikatakannya, pers saat ini benar-benar menghirup udara bebas. Namun visi kebebasan tersebut hendaknya dimaknai secara baik. Apakah bebas untuk sebebas-bebasnya ataukah bebas tapi bertanggungjawab.

Selama ini, lanjut Tifatul, berita yang disajikan beraneka jenis. Ada yang hanya memenuhi unsur berita, ada juga berita-berita sensasional. Tapi sesungguhnya, publik mengharapkan berita- berita investigatif.

Saat ini, lanjut dia, masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan untuk mengkonsumsi informasi/berita. Selain melalui media cetak, juga media elektronik. Bahkan penyajian melalui internet kini mendapat tempat di hati masyarakat.

Trend pembaca media cetak, katanya, cenderung menurun sedangkan elektronik terlebih internet semakin meningkat. Akan tetapi, peningkatan trend pembaca media internet itu kerap tidak diimbangi dengan penyajian informasi/berita yang bermutu, yang berkualitas, yang memenuhi unsur-unsur mencerdaskan masyarakat.

Pengelola media internet juga cenderung mengejar rating sehingga mengabaikan unsur-unsur yang diharapkan masyarakat. Karena itu, pola penyajian media hendaknya terus dibenahi sehingga pers Indonesia tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan. (kro)

Pos Kupang, 9 Februari 2011 halaman 1

Tidak ada komentar: