SBY : Pers Teruslah Berjuang

KUPANG, PK -- "Para Insan Pers Indonesia, teruslah berjuang untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan kehidupan demokrasi kita." Demikian pesan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kupang, Rabu (9/2/2011).

SBY menulis pesan itu dengan tinta emas pada prasasti HPN 2011, disertai nama dan tandatangannya. Penulisan pesan pada prasasti berukuran sekitar 1 meter x 75 cm itu, sekaligus menandai berakhirnya acara puncak peringatan HPN yang berlangsung di Aula El Tari.

Penandatangan prasasti dilakukan setelah SBY memberi sambutan dan kuliah umum tentang kekuasaan dan kerukunan hidup beragama. SBY mengenakan baju tenun motif Kabupaten Sikka itu, didampingi Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Margiono, Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring serta Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya.

Peringatan HPN dihadiri juga Ibu Negara, Ny. Ani Yudhoyono serta sejumlah menteri, antara lain Menko Polhukam, Djoko Suyanto; Menko Kesra, Agung Laksono; Mendiknas Muhammad Nuh; Menhan, Purnomo Yusgiantoro; Menkes, Endang Sedyaningsih; Mensos, Salim Segaf Aljufrie. Juga tampak Menhut, Zulkifli Hassan; Panglima TNI Laksanama Agus Suhartono; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Ameliasari; Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad. Pimpinan lembaga negara yang hadir, Ketua DPR, Marzuki Alie dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Hadir juga Ketua Dewan Pers Bagir Manan; Ketua Partai Golkar, Aburizal Bakrie; Ketua Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Theo L Sambuaga dan sejumlah gubernur antara lain Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo; Gubernur Kalimantan Timur, Awang Farouk dan Gubernur Sulawesi Utara, Sarundajang.

Dari kalangan pers, hadir sejumlah tokoh pers dan pimpinan media massa seperti Tarman Azzam, Suryopratomo, Akhmad Mukhlis Yusuf, Asro Kamal Rokan, Sabam Siagian, Ishadi SK, Fikri Jufri dan Ricard Bagun.
Pers Berkarakter
Sebelumnya, Menkominfo, Tifatul Sembiring mengatakan, pemerintah berkomitmen tetap menghormati kebebasan pers. Ia juga mengusulkan kepada insan pers supaya kebebasan pers yang berkarakter.

Menurut Tifatul, pers berkarakter dengan ciri-ciri, bermoral, ada etika sesuai kode etik jurnalistik, kejujuran dan bertanggung jawab. Selain itu, antikorupsi, peduli terhadap masyarakat bawah/orang-orang kecil dan profesional dalam berusaha dan menjalankan tugas jurnalistiknya.

"Ya namanya juga usul, boleh dipakai atau tidak. Kami menyadari bahwa menjalankannya tidak mudah, manakala berhadapan dengan pemilik modal (kapital) dan menjadi alat politik," katanya. Tifatul menegaskan, pers bebas sangat bermakna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dan tetap terjaga independensinya.

Tifatul juga mengatakan, pemerintah tidak alergi dan antipati terhadap kritik asalkan disampaikan secara etis dan sesuai etika jurnalistik. "Pemerintah tidak bermasalah dengan kritik pers, itu (kritik) kita jadikan masukan untuk perbaikan, yang penting penuhi etika jurnalistik," ujar Tifatul

Tifatul mengajak pers agar memberi edukasi kepada rakyat, membantu menyejahterakan bangsa, membangun demokrasi, meningkatkan martabat bangsa dan berpihak pada keadilan dan menjunjung tinggi supremasi hukum. (aca/ira/gem)

Momentum Evaluasi Pers

KETUA Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Margiono mengatakan, HPN menjadi momentum evaluasi untuk mengukur perkembangan pers secara tahunan.

"Memang belum ada data yang valid tapi dari hasil identifikasi Dewan Pers, saat ini tercatat 900 media di seluruh Indonesia baik cetak, elektronik maupun online," kata Margiono ketika memberi sambutan pada peringatan HPN, kemarin.

Dari 900 penerbitan itu, Margiono merincikan, yang sehat hanya 10 persen, yang baik 20 persen, yang cukup 30 persen, dan kurang 30 persen dan sisanya buruk sekali.

"Yang baik adalah media mempekerjakan wartawan secara profesional dan untung besar. Itu hanya sepuluh perusahan. Yang banyak adalah yang kurang dan tidak baik," katanya.
Ia mengatakan, PWI dan Dewan Pers terus berusaha untuk meningkatkan profesionalisme wartawan, menerapkan standar kompetensi pers serta literasi media.

Margiono juga menjelaskan tentang alasan dipilihnya Kupang sebagai tuan rumah HPN. Menurutnya, bukan karena permintaan Gubernur NTT atau wartawan NTT. Tetapi, PWI ingin mencari tempat yang sepi karena ingin sepi.

"Saya gembira dan terharu dengan sambutan HPN yang meriah di NTT dibanding dengan HPN di Jakarta dan di Palembang. HPN 2009 di Jakarta meriah, di Pelembang lebih meriah tetapi di Kota Kupang sangat meriah. HPN 2011 ini lebih meriah dan lebih merakyat. Kami telah melakukan reportase hampir di semua tempat mulai dari pasar hingga penjual dan warung- warung. Masyarakat bicara tentang HPN," ujarnya.

Pada bagian lain sambutannya, Margiono mengatakan PWI bekerjasama dengan Polri tentang penangan pers dalam proses hukum terkait tugas jurnalistik.

"Kami mengharapkan penandatanganan nota kesepahaman antara Dewan Pers dan Kepala Kepolisian RI tentang penanganan pers dalam proses hukum terkait tugas jurnalistik bisa segera diwujudkan," kata Ketua Umum PWI, Margiono pada peringatan HPN 2011, kemarin.

Menurut Margiono, nota kesepahaman itu sangat penting untuk pelaksanaan tugas-tugas wartawan. Nota kesepahaman itu, lanjut Margiono, terkait proses hukum yang berhubungan dengan kegiatan jurnalistik maka Polri hendaknya berkonsultasi dengan Dewan Pers terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses hukum. "Tetapi kalau ada wartawan yang memeras, ya silahkan diproses karena itu tidak terkait dengan pers," katanya.

Mengakhiri sambutannya, Margiono menyampaikan pesan dari Yacob Oetama. Demikian bunyi pesannya, "Menjadi wartawan sekarang ini tidak gampang. Kita tidak sekedar untuk melihat kejadian teapi melihat konteksnya. Tanggung jawab wartawan juga sangat besar. Pers harus ikut prihatin jika tidak negeri ini akan tertinggal dari negeri lainnya. Pers harus bisa mencari solusi."

Seusai memberi sambutan, Margiono menyerahkan menyerahkan 17 buku 'Kemerdekaan Pers Dari Rakyat dan Untuk Rakyat' karya wartawan yang diterbitkan PWI kepada Presiden SBY.

Sementara, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengapresiasi peringatan HPN di Kupang. Ia mengatakan hal itu sangat berarti bagi masyarakat NTT. Frans Lebu Raya juga meminta dukungan pers dan masyarakat atas rencana penyelenggaraan Sail Komodo 2013 mendatang.

Puncak peringatan HPN itu juga disampaikan penghargaan jurnalistik Adinegoro, medali emas persaudaraan pers, pemberian penghargaan medali emas spirit jurnalisme, serta kartu pers nomor satu. Penghargaan lainnya, sertifikat tokoh pers tentang kompetensi wartawan.

Selain itu, dilakukan penandatangan nota kesepahaman mengenai kerjasama Media Literacy antara Menteri Pendidikan Nasional RI dengan Ketua Umum PWI; kerjasama Media Literacy tentang desa melek media dan Menteri Kominfo RI dengan Ketua Umum PWI serta Media Literacy, bedah kasus kode etik jurnalistik dan media monitoring antara ketua umum PWI dengan PU Harian Umum Kompas, pendiri Harian Umum Jawa Pos, dan Presiden Direktur Trans Corp. (ira/gem/aca)


Penghargaan-Penghargaan

* Adinegoro
1. Ade Rahmawati Devi dari Koran Jakarta untuk karya tulis laporan berkedalaman
2. Primus Dorimulu dari Investor Daily untuk karya tulis tajuk
3. Susanto dari Media Indonesia untuk karya foto
4. M Taufik Budi Wijaya dari KBR 68 H untuk karya jurnalistik radio
5. Titin Rosmasari dari Trans 7 untuk karya jurnalistik televisi
6. Gatot Eko Cahyono dari Suara Pembaruan untuk karya jurnalistik karikatur


* Medali emas persaudaraan pers
- Untuk masyarakat pers Timor Leste kepada Wakil Perdana Menteri Republik Demokratik Timor Leste, Jose Luis Gutteres.
- Untuk masyarakat pers Malaysia kepada National Union Journalist of Malaysia, Baharuddin B Reseh.

* Emas Spirit Jurnalisme
- Kepada Bapak Jacob Oetama yang diwakili Soelarto

* Press Card Number One
- Diberikan kepada 30 wartawan, diserahkan secara simbolis kepada Bob Pattipawae dan Ronny Simon

* Sertifikat tokoh pers tentang kompetensi wartawan
- Kepada Fikri Jufri (Pendiri/Redaktur Senior Majalah Tempo)
- Kepada Sabam Siagian (Dewan Redaksi The Jakarta Post dan anggota dewan kehormatan PWI Pusat).

Pos Kupang, 10 Februari 2011 halaman 9

Tidak ada komentar: